Senin, 08 Agustus 2011

Pentingkah Assuransi ? coba renungkan

Ketika saya memutuskan untuk meninggalkan aktifitas mengajar dan berpindah ke asuransi saya memberitahukan hal ini pertama kali kepada seorang teman bernama Kusno, manajer penjualan agen kendaraan bermotor.
Saya sampaikan bahwa saya sekarang beralih profesi, dan dia senang mendengarnya. “Akhir-akhir ini saya sedang berpikir untuk membeli asuransi jiwa dan sekarang saya akan membelinya darimu,” kata Kusno.
Kusno menyambut kedatangan saya dengan baik. “Pak, tolong buatkan saya program yang menurutmu diperlukan dan bermanfaat buat saya serta keluargaku.” Saya pun segera menyusun sebuah rencana perlindungan untuk keluarga Kusno.
Setelah saya berikan program tersebut kepadanya dengan pesan agar dia segera menjalankan program ini, maka Kusno berjanji akan segera mempelajari dan memberi kabar secepatnya.
Keesokan harinya, Kusno mengatakan, “Pak, program yang kamu buat cukup bagus dan saya setuju. Tapi saya harus menunggu beberapa saat untuk membelinya. Saya mempunyai beberapa lembar saham. Jika saya mengeluarkannya sekarang, maka saya akan rugi. Saya yakin dalam beberapa saat nilainya akan naik. Dan setelah itu saya akan segera membelinya. Datanglah minggu depan, Pak.”
Hal ini berlangsung selama 6 minggu. Akhirnya hari Kamis saya bertemu dengan Kusno di rumahnya dan dia tersenyum dan berkata, “Pak, nilai saham saya akan naik. Saya akan segera menjualnya beberapa saat lagi. Temui saya hari Senin!”
Dengan perasaan lega, saya kembali ke kantor. Saya merasa telah menjual polis dengan nilai cukup besar.
Hari Senin tiba, saya segera menemuinya. Saya pun tiba di rumahnya, Namun saya sangat kaget, Kusno terlentang di dalam sebuah peti. Dia meninggal !!!
Rupanya hari Jumat, dia bekerja penuh. Sabtu pagi sakit dan instrinya berusaha menghubungi dokter. Ketika dokter tiba di rumahnya, terlambat, keadaan Kusno sudah cukup parah. Terjadi penyempitan dalam paru-parunya. Sabtu pagi itu Kusno meninggal. Melihat Kusno terbaring dalam peti, saya memahami makna dari asuransi. Berulang kali saya mengatakan, saya telah gagal, saya telah gagal, saya telah gagal.
Beberapa minggu setelah pemakaman, janda Kusno mulai menjual rumah yang dia tinggali bersama anak-anaknya. Tanpa penghasilan dari suami, mereka tidak mampu memenuhi segala kebutuhan hidup yang harus ditanggungnya. Dua anak laki-laki dititipkan kepada kakak kandungnya, sedangkan istrinya tinggal di luar kota dengan saudara perempuannya bersama dengan ketiga anak perempuannya.
Tidak ada yang mampu menggantikan asuransi. Karena itulah asuransi bagaikan sebuah obsesi bagi saya. Asuransi bagaikan keyakinan bagi saya. Siapapun yang saya jumpai, pasti akan saya minta untuk memiliki produk yang indah ini. Saya bersyukur kepada Tuhan, karena Dia telah menciptakan saya sebagai seorang Agen Asuransi.
Manfaat asuransi tidak bisa dirasa begitu kita “membeli”nya. Beda dengan makanan, minuman atau rokok sekalipun. Makanan sekali beli, makan, kerasa enaknya…langsung Mak Nyuus. Kalau kita bisa melihat masa depan atau yang akan terjadi, bisa tahu kapan kita masuk rumah sakit, kapan kita kecelakaan dan tahu saat kita akan meninggal, mungkin asuransi tidak dijajakan oleh para agen tetapi dijual bebas di mal-mal dan orang akan berbondong-bondong antri membelinya. “Duh besok gue kayaknya mau opname deh kena demam berdarah 10 hari, anterin gue beli asuransi yuk di Mall sana” atau “Pak Wit, beli asuransi enaknya dimana ya? saya besok mau mati nih, mau kasih warisan buat anak istri ku”. Ingat, Penyesalan selalu datang terlambat.
Prinsip bahwa asuransi adalah pengalihan resiko atas kejadian-kejadian yang berhubungan dengan jiwa kita, belum tertanam kuat. Kita rela bayar Rp 15 ribu rupiah buat parkir mobil berjam-jam di Mangga Dua karena berharap mobil kita aman, berada di lokasi yang kemungkinan kecil dicuri orang dibanding diparkir dekat Kebon Kacang. Rela bayar iuran keamanan kompleks untuk bayar satpam yang bertugas mengamankan rumah kita. Tapi kenapa untuk kesehatan dan jiwa diri sendiri nggak Ya?

Disadur dari blog mas wiwit --http://www.asuransicerdas.com

Renungan kehidupan- kisah dari tetangga

Hari ini, aku melihat sebuah drama kehidupan. Tentang kematian, tentang perpisahan dan kesedihan. Seorang sahabat terbaikku terbujur kaku, didampingi tangisan istri dan anaknya yang masih kecil, usia 7 bulan.
Ah, selalu saja ada kesedihan melihat perpisahan ini.
Tapi yang membuatku lebih sedih lagi, adalah saat seminggu yang lalu aku datang ke keluarga ini. Waktu itu, aku datang dengan membawa proposal asuransi. Dan tanggapan sahabatku ini sangat di luar dugaan. Ia, yang hari ini kulihat sudah tak bernyawa, malah mengejekku,”Apa kamu pemilik nyawa?” Aku sempat bingung ke mana arah pertanyaannya.
“Maksud Mas Rudi (nama samaran)? Mana mungkin saya pemilik nyawa? Wong nyawa saya sendiri saja masih minjem!”
“Lho, kok kamu berani-beraninya menawarkan sebuah harga untuk nyawa saya?”
Ya Tuhan. Kenapa sahabat baikku ini berfikir sejauh itu?
“Mas Rudi, saya tidak bermaksud memperjual-belikan nyawa. Jelas nyawa bukan milik kita. Yang saya coba tawarkan di sini adalah sebuah jaminan dan kepastian financial untuk keluarga Mas Rudi, dimana ketika terjadi suatu musibah dengan Mas Rudi, ada santunan untuk keluarga mas Rudi, yaitu sejumlah sekian ratus juta rupiah agar keluarga Mas Rudi tidak mengalami kesulitan keuangan pasca ‘pergi’nya mas Rudi. Tidak ada yang bisa menduga, kapan kita akan dipanggilNya. Apa salahnya kita beri sedikit bekal untuk keluarga, agar hidup mereka tidak terkatung-katung?”. Bukankah kita diberikan akal oleh Tuhan untuk berfikir..?
“Ah, bisa saja kamu berdalih!”
Aku berusaha tenang. Melihat caranya merendahkanku, aku hanya bisa tetap tenang.
“Mas, apa mas Rudi tahu, orang seperti apa yang mau merencanakan keuangan keluarganya dengan berasuransi+investasi?”
“Hanya ada 2 jenis orang. Satu, orang yang beriman, karena dia tahu, suatu saat, dia pasti mati. Dan yang kedua, orang yang sayang keluarga.”
Tiba-tiba kulihat ia salah tingkah,”Ah, bukan begitu caranya sayang keluarga. Yaa….kita serahkan saja semuanya pada Tuhan. Tuhan menjaga keluarga saya”
“Kalau begitu, mas Rudi nggak usah kunci pintu rumah saat akan pergi meninggalkan rumah”
“Memang kenapa?”
“Kan dijaga Tuhan!”
Wajahnya tambah memerah
Lalu aku permisi pulang. Kubiarkan ia berfikir.
Tapi ternyata aku salah. Sahabatku itu tidak diberi waktu banyak untuk berfikir. Tuhan lebih dulu memanggilNya. Kecelakaan tragis merenggutnya dari keluarga tercinta. Maka hari ini, sang istri mendekatiku saat aku datang melayat,”Maafkan suami saya, Mas ! Ah, andaikata kemarin ia mau menandatangani aplikasi yang Mas ajukan…”
”Sudahlah, mbak. Mungkin saya belum diberi kesempatan Tuhan untuk menolong…”
Aku benar-benar merasa sedih. Kesedihan yang tidak bisa terbayar dengan komisi yang tidak seberapa, andai bapak tadi mau merencanakan keuangan keluarganya.
Semoga kejadian diatas tidak akan menimpa lagi pada keluarga sahabatku, keluarga Bapak dan Ibu semua … Amiin. Saya hanya bisa mengajak milikilah asuransi demi keamanan finansial keluarga Anda tentunya agar keluarga yang kita cintai senantiasa selalu tersenyum.
Memiliki polis asuransi jiwa berarti, secara finansial, Anda telah melindungi diri Anda dan keluarga Anda dari berbagai kejadian tak terduga dan kesulitan seperti cacat, kehilangan pekerjaan atau wafatnya orang yang kita kasihi. Anda tidak perlu lagi mengkhawatirkan risiko-risiko ini jika Anda memiliki polis asuransi jiwa. Pada saat Anda memiliki polis asuransi jiwa, mulai saat itu keuangan Anda telah terlindungi.
Berikut ini adalah berbagai program asuransi jiwa untuk melindungi keuangan Anda:
1) Program jaminan pinjaman kepemilikkan rumah (mortgage) dimana orang-orang yang Anda cintai akan terhindar dari kemungkinan kehilangan tempat tinggal.
2) Program asuransi tambahan Cacat Total dan Tetap akan membantu menanggung keuangan Anda apabila Anda kehilangan kemampuan mencari nafkah akibat kecelakaan yang menyebabkan Anda menderita cacat total dan tetap.
3) Program asuransi tambahan Sakit Kritis akan meringankan biaya medis jika Anda menderita penyakit kritis.
4) Program asuransi tambahan rawat inap meringankan biaya apabila Anda harus menjalani rawat inap.
5) Berbagai program asuransi jiwa lainnya yang membuat orang-orang yang Anda cintai bisa menjalani masa depan tanpa merisaukan masalah keuangan yang tiba-tiba terjadi.